The Citarum River is the longest and largest river in West Java, Indonesia, playing a crucial role in the lives of the local population. However, environmental experts have condemned the river as "the world's most polluted river", urging immediate action to address the crisis and protect the health and livelihoods of those dependent on it.
Sungai Citarum merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat, Indonesia, yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan penduduk setempat. Namun, para ahli lingkungan hidup mengecam sungai tersebut sebagai “sungai paling tercemar di dunia”, dan mendesak tindakan segera untuk mengatasi krisis ini dan melindungi kesehatan dan mata pencaharian mereka yang bergantung pada sungai tersebut.
A troubling double standard persists within Indonesian authorities; while publicized efforts suggest a commitment to environmental improvement, the reality on the ground tells a different story. It appears that, in practice, authorities may be adopting a policy of "closing their eyes" to the ongoing pollution of this vital waterway.
      The lack of effective enforcement of regulations and a seemingly lenient approach to industries contributing to the contamination raise questions about the genuine commitment of authorities to address this environmental crisis. This double standard not only hinders the progress of anti-pollution measures but also undermines the trust and expectations of the communities relying on the Citarum River for their daily needs.
Standar ganda yang meresahkan masih terus terjadi di kalangan pemerintah Indonesia; Meskipun upaya yang dipublikasikan menunjukkan adanya komitmen terhadap perbaikan lingkungan, kenyataan di lapangan menunjukkan cerita yang berbeda. Tampaknya, dalam praktiknya, pihak berwenang mungkin mengambil kebijakan “menutup mata” terhadap pencemaran yang terus terjadi di jalur air penting ini. Kurangnya penegakan peraturan yang efektif dan pendekatan yang tampaknya lunak terhadap industri yang berkontribusi terhadap kontaminasi menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen tulus pihak berwenang untuk mengatasi krisis lingkungan ini. Standar ganda ini tidak hanya menghambat kemajuan upaya anti-polusi namun juga melemahkan kepercayaan dan harapan masyarakat yang bergantung pada Sungai Citarum untuk kebutuhan sehari-hari.
In April, our team traveled to Paris to raise awareness about the alarming pollution of the Citarum River. We organized a public exhibition featuring powerful photographs and distributing bottles filled with "polluted" water from the Citarum, showcasing the river's current state and the communities affected by its pollution. Our efforts in Paris were aimed at engaging the international community and garnering support for stricter environmental policies in Indonesia. The event attracted significant attention from concerned citizens.
Pada bulan April, tim kami melakukan perjalanan ke Paris untuk meningkatkan kesadaran mengenai pencemaran Sungai Citarum yang mengkhawatirkan. Kami menyelenggarakan pameran publik yang menampilkan foto-foto yang kuat dan membagikan botol-botol berisi air yang "tercemar" dari Citarum, yang menampilkan kondisi sungai saat ini dan masyarakat yang terkena dampak polusi tersebut. Upaya kami di Paris bertujuan untuk melibatkan komunitas internasional dan menggalang dukungan bagi kebijakan lingkungan hidup yang lebih ketat di Indonesia. Peristiwa ini menarik perhatian besar dari warga yang peduli.
In 20th of May, we took a bold step at the 10th Water Forum in Bali by distributing bottles of polluted water from the Citarum River to forum attendees. This dramatic demonstration aimed to highlight the Indonesian government's neglect of this environmental crisis. The act sparked widespread discussion and media coverage, emphasizing the urgent need for action to clean up the river and protect the health of the millions who depend on it. Our presence at the forum underscored our commitment to holding authorities accountable and advocating for the well-being of affected communities.
Pada tanggal 20 Mei, kami mengambil langkah berani pada Forum Air ke-10 di Bali dengan membagikan botol-botol air tercemar dari Sungai Citarum kepada para peserta forum. Demonstrasi dramatis ini bertujuan untuk menyoroti kelalaian pemerintah Indonesia terhadap krisis lingkungan hidup. Tindakan tersebut memicu diskusi luas dan liputan media, menekankan perlunya tindakan mendesak untuk membersihkan sungai dan melindungi kesehatan jutaan orang yang bergantung padanya. Kehadiran kami di forum tersebut menggarisbawahi komitmen kami untuk menjaga akuntabilitas pihak berwenang dan memberikan advokasi bagi kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak.
Our community is built on the stories, photos, and voices of people living near the river and those who care deeply about its future. Residents, activists, and supporters worldwide have joined forces to shed light on the pollution crisis, raise awareness, and take meaningful action. Together, we amplify the message that the Citarum deserves a second chance—for the environment, for the people who rely on it, and for future generations.
Komunitas kami dibangun di atas cerita, foto, dan suara orang yang tinggal di dekat sungai dan mereka yang sangat peduli tentang masa depannya.Warga, aktivis, dan pendukung di seluruh dunia telah bergabung untuk menjelaskan krisis polusi, meningkatkan kesadaran, dan mengambil tindakan yang bermakna.Bersama -sama, kami memperkuat pesan bahwa Citarum layak mendapat kesempatan kedua - untuk lingkungan, bagi orang -orang yang mengandalkannya, dan untuk generasi mendatang.
nitrogen and phosphorus
nitrogen dan fosfor
all kinds of plastic
semua jenis plastik
contains pathogens, nutrients and other contaminants
mengandung patogen, nutrisi dan kontaminan lainnya
arsenic, chromium and zinc
arsenik, kromium dan seng
household garbage and industrial waste
sampah rumah tangga dan limbah industri
The Citarum River serves as a lifeline for over 15 million people across 500 villages and towns along its banks and downstream. They rely on the river for drinking water, irrigation, sanitation, and even transportation.
Sungai Citarum berfungsi sebagai jalur kehidupan bagi lebih dari 15 juta orang di 500 desa dan kota di sepanjang tepian dan hilirnya. Mereka bergantung pada sungai untuk air minum, irigasi, sanitasi, dan bahkan transportasi.
Approximately over 2,000 factories and industries operate within the Citarum River basin, with an estimated 80% directly discharging untreated wastewater into the river. This toxic influx includes heavy metals, chemicals, and sewage.
Sekitar lebih dari 2.000 pabrik dan industri beroperasi di wilayah sungai Citarum, dan diperkirakan 80% langsung membuang air limbah yang tidak diolah ke sungai. Masuknya racun ini mencakup logam berat, bahan kimia, dan limbah.
An astounding 20,000 tons of solid waste and 340,000 tons of wastewater are dumped into the Citarum River daily, rendering it unfit for human use and causing widespread environmental damage.
Sebanyak 20.000 ton limbah padat dan 340.000 ton air limbah dibuang ke Sungai Citarum setiap hari, sehingga tidak layak untuk digunakan manusia dan menyebabkan kerusakan lingkungan yang luas.
The polluted water has triggered a health crisis, with skin diseases, respiratory problems, and digestive issues rampant among the population. The river is also linked to increased cancer risks.
Air yang tercemar telah memicu krisis kesehatan, penyakit kulit, masalah pernapasan, dan masalah pencernaan merajalela di kalangan masyarakat. Sungai juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker.
The exact number of deaths directly attributable to the Citarum River's pollution is unknown, but estimates suggest thousands succumb annually due to waterborne diseases and illnesses.
Jumlah pasti kematian yang disebabkan langsung oleh pencemaran Sungai Citarum tidak diketahui, namun perkiraan menunjukkan ribuan orang meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang ditularkan melalui air.